Sistem Penanggalan Hisab Taqribi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesatuan aqidah ummat Islam dengan tauhidnya dituntut implementasinya dalam kehidupan sosial. Tetapi tidak mudah, banyak aspek yang mempengaruhinya. Salah satunya adalah aspek astronomi. Dalam agama islam banyak ibadah yang menggunakan perhitungan atau yang lebih dikenal dengan metode hisab. Dan ilmu hisab sendiri pastinya bersangkutan dengan sistem penanggalan baik tahun hijriyah maupun masehi.
Sistem penanggalan hijriyah dimulai sejak tahun 17 hijriyah yaitu pada masa khalifah Umar bin khattab. Pada masa ini ada beberapa pendapat mengenai standar perhitungan tarikh. Akan tetapi yang disepakati ialah perhitungan tarikh islam dimulai sejak hijrah Nabi Muhammad dari Mekah menuju Madinah.[1]
Berkembang pemikiran-pemikiran para cendekiawan muslim dalam khazanah ilmu falak semakin pesat. Sehingga banyak metode hisab yang ditawarkan dalam perhitungan awal bulan Qamariyah. Hal ini karena banyaknya literatur–literatur klasik maupun non klasik yang menawarkan berbagai metode perhitungan penanggalan yang berbeda-beda.
Secara garis besar perhitungan hisab rukyat awal bulan Qamariyah dapat diklasifikasikan menjadi dua sesuai dengan tingkat akurasi penghitunganya, yakni Hisab Urfi dan Hakiki. Kemudian hisab hakiki dibagi lagi menjadi tiga tingkatan. Pertama, Hisab Haqiqi Taqribi, Hisab Ңaqiqi bi at-Tahqiqi dan Hisab Hakiki Kontemporer.[2]
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan di atas, dalam makalah ini akan berusaha memaparkan penjelasan salah satu sistem penanggalan hijriyah di atas, yaitu Hisab Haqiqi Taqribi. Sehingga yang menjadi pokok pembahan dalam makalah ini adalah hal-ikhwal sistem penanggalan hijriyah dengan hisab taqribi. Dengan tujuan agar kita bisa mengetahui bagaimana model perhitungan hisab taqribi tersebut, di sini dirumuskan beberapa permasalahan yakni:
1. Apa yang dimaksud dengan sistem penanggalan hijriyah dengan hisab taqribi?
2. Bagaimana pemikiran kitab-kitab falak yang memakai metode hisab taqribi dalam sistem penanggalan hijriyah?
3. Bagaiamana model perhitungan hisab taqribi dalam sistem penanggalan hijriya ?
BAB II
PEMBAHASAN
- Kajian Teoritis sistem penanggalan hijriyah dengan Hisab Taqribi
1. Seputar Penanggalan Hijriyah
a. Sejarah Penamaan Hijriyah
Bangsa arab telah mempergunakan penanggalan dengan menamakan tahun-tahun itu menurut peristiwa yang paling penting dan menonjol yang terjadi di zaman itu. Sebelumnya, mereka memberi nama tahun pertama Hijriyah itu dengan tahun “Al-iznu” (izin), karena tahun itu telah diberiksn izin oleh Allah untuk berpindah tempat dari Mekkah ke Medinah. Tahun kedua dinamai dengan tahun “amar” (perintah), karena telah diperintahkan oleh Allah untuk berperang melawan musuh-musuh Islam. Tahun ketiga dinamai dengan tahun “Tamhish” (percobaan), karena pada tahun itu telah terjadi perang uhud sebagai ujian bagi umat Islam melalui pertempuran-pertempuran yang mengakibatkan luka-luka parah. Seterusnya dengan tahun-tahun berikutnya yanng lain-lain sampai kepada tahun wafanya Rasulullah SAW, hanya mereka memilih nama-nama tahun itu sesuai dengan peristiwa yang penting terjadi pada tahun itu sendiri[3].
Para ulama ahli hisab sependapat bahwa tarikh Hijriyah baru resmi dipakai sebagai tarikh islam adalah di masa Umar bin Khatab yaitu pada tahun ke 17 (638 M) setelah Hijriyah[4].
Pada masa Umar bin Khatab suatu saat terdapat persoalan yang menyangkut tentang dokumen pengangkatan Abu Musa Al-Asy’ari sebagai Gubernur di Bashrah yang terjadi pada bulan Sya’ban. Munsullah pertanyaan bulan Sya’ban yang mana? Oleh sebab itu, Umar bin Khatab memanggil beberapa sababat untuk membahas persoalan ini. Atas usul Ali bin Thalib diciptakanlah penanggalan hijriyah.[5]
Dimana sahabat Umar bersama pembesar-pembesar muslim dan para ulama untuk dapat menetapkan suatu hari dimana umat Islam dapat menghitung atau menyebut tanggal, menulis dan mencatat tanggal bagi segala masalah yang mereka kerjakan. Yang dalam diskusi tersebut terdapat beberapa alternatif, diantaranya :
1. Maulid (kelahiran) Nabi SAW
2. Permulaan risalah (nubuwah/dakwah) Nabi SAW
3. Hijrah Nabi SAW ke Madinah
4. Wafatnya Nabi SAW
Yang pada akhirnya, diputuskan bahwa tahun hijriyah dimulai dari hijrahnya Rasulullah ke Madinah dengan awal tahunnya dimulai dari bulan Muharram.
Menurut Muhyiddin Khayzin tanggal 1 Muharram tahun 1 H jatuh pada hari Kamis tanggal 15 Juli 622 M, sebab irtifa’ hilal pada hari Rabu 14 Juli 622 M sewaktu matahari terbenam sudah mencapai 5 derajat 57 menit. Sedangkan pendapat yang mengatakan 1 Muharram 1 H jatuh pada hari Jum’at 16 Juli 622 M, karena pada waktu itu tidak satupun terdapat laporan akan berhasilnya rukyah meskipun posisi hilal sudah cukup tinggi.[6] Dengan demikian penaggalan hijriyah itu diberlakukan mundur sebanyak 17 tahun.[7]
b. Sejarah Penamaan Bulan pada Penanggalan Hijriyah
Menurut para sejarawan berbeda pendapat dalam menentukan nama-nama bulan pada era pra Islam, akan tetapi Tantawi al-jauhari membuat suatu uraian yang menarik, beliau menyatakan bahwa nama-nama bulan kalender Hijriyah yang digunakan sekarang telah ditetapkan pada masa Kilab bin Murrah salah satu kakek Nabi saw.[8]
Nama-nama bulan tersebut adalah: 1. Muharram: bulan yang disucikan, 2. Safar : bulan yang dikosongkan, 3. Rabiul Awal : musim semi pertama, 4. Rabiul akhir: musim semi kedua, 5. Jumadil awal: musim kering pertama, 6. Jumadil akhir: musim kering kedua, 7. Rajab: bulan pujian, 8. Sya’ban: bulan pembagian, 9. Ramadlan: Bulan yang sangat panas, 10. Syawal: bulan berburu, 11. Dzulqo’dah : bulan istirahat, 12. Dzulhijjah: bulan ziarah.[9]
2. Teoritis Hisab Taqribi
Secara harfiyah hisab berarti perhitungan, perhitungan yang di maksud dalam hal ini adalah perhitungan yang digunakan untuk perhitungan awal bulan Qamariyah. Dan Taqriby adalah pendekatan atau aproksimasi. Sedangkan pengertian lebih kompleksnya adalah sebuah sistem hisab yang sudah menggunakan kaidah-kaidah astronomis dan matematik namun masih menggunakan rumus-rumus sederhana dan dengan data-data yang masih sederhana, sehingga hasilnyapun kurang teliti.
Hisab taqribi merupakan salah satu metode hisab dengan berdasarkan teori geosentris yaitu bumi diasumsikan sebagai pusat peredaran matahari, kemudian dasar perhitungannya menggunakan table yang disusun oleh Ulugh beik di samarkandi, yang biasanya disebut Zeij Sulthani.[10] Tabel astronomi Ulugh Beik ini merupakan penemuan yang sangat berharga pada masa itu. Tabel ini telah digunakan bahkan juga oleh para astronom di Barat selama berabad-abad lamanya.
Karena kitab ini basis data yang dijadikan acuannya adalah Zeij (tabel astronomi) Ulugh Beik (w. 1449 M) dan dalam pelaksanaan pengamatannya berdasarkan teori Geosentrisnya Ptolomeus. Sedangkan teori ini secara ilmiah telah gugur. Ketinggian hilal dihitung dari titik pusat Bumi, bukan dari permukaan Bumi dan berpedoman pada gerak rata-rata Bulan; setiap hari bulan bergerak dari arah barat ke timur 12˚. Rumus ketinggian hilal adalah selisih waktu ijtimak dan waktu ghurub kemudian di bagi dua. Akibatnya apabila ijtimak terjadi sebelum ghurub, maka pastilah ketinggian hilal itu positif di atas ufuk. Kenyataannya hasil perhitungannya itu tidak didukung oleh argumentasi-argumentasi ilmiah sebagai pengungkapan data, fakta, dan kenyataannya dalam praktek di lapangan. Dengan kata lain hasil perhitungannya terkadang berbeda dengan kenyataan yang ditemui di lapangan ketika observasi rukyatul hilal dilakukan.
Dan juga perhitungan hisab ini juga belum memberikan informasi tentang azimut Matahari dan Bulan. Di samping itu diperlukan beberapa ta’dil atau koreksi agar hasil perhitungannya menjadi akurat.
Hisab taqriby juga sering disebut dengan madzhab ijtima’ semata. Madzhab ini kondisi rukyatul hilal dianggap tidak terlalu penting sepanjang faktor-faktor kelahiran hilal secara astronomis telah wujud.[11] Sehingga dalam hal ini penetapan awal bulan Qamariyah dianggap telah masuk ketika terjadinya ijtima’ dan para pengikutnya juga mengatakan bahwasanya bertemunya dua benda yang bersinar (matahari dan bulan) merupakan pemisah diantara dua bulan (ijtima’).[12]
- Pemikiran Literatur Sistem Penanggalan dengan Hisab Taqribi
Kitab-kitab yang juga termasuk klasifikasi hisab hakiky taqriby adalah Sullamun Nayyirain (Muhammad Manshur), Tadzkiratul Ihwan (Dahlan Semarang), al-Qowaidul Falakiyah (Abdul Fatah), Fath al-Rauf al-Manan (Abdul Jalil), as-Syamsu Wal Qomar (Anwar Katsir), Syamsul Hilal (Noor Ahmad), dan sebagainya.[13] Akan tetapi, dalam makalah ini hanya akan membahas pemikiran dan model perhitungan kitab kitab Sullamun Nayyirain, Fath al-Rauf al-Manan dan Syamsul Hilal, penjelasannya sebagai berikut:
1. Sullamun Nayyirain
Kitab karangan Muhammad Manshur ini merujuk pada sebuah kitab yakni Zaij Ahli Haiah Syeh Dahlan. Dan ternyata kitab tersebut merupakan Zaij Ulugh Beik, yang merupakan pedoman data-data yang masih digunakan sampai sekarang. perbedaan dengan kitab Zaij Dahlan Semarang adalah dengan data angka yang sudah diterjemahakan dengan angka arab.
Kitab ini menggunakan angka-angka arab yakni:
أبـجـد هــو ز حـطــي كـــلـــمـــن * ســعــفــص قــــر شـــــت ثـــــخـــــذ ضــــظــــــغ
١ ٢ ٣ ٤ ٥ ٦ ٧ ٨ ٩ ١٠ ٢٠ ٣٠ ٤٠ ٥٠ * ٦٠ ٧٠ ٨٠ ٩٠ ١٠٠ ٢٠٠ ٣٠٠ ٤٠٠ ٥٠٠ ٦٠٠ ٧٠٠ ٨٠٠ ٩٠٠٠ ١٠٠٠
Dan alur hisabnya yakni bermula dengan mendata al-alamah, al-hishah, al-khassah, al-markas, dan al-auj yang akhirnya dilakukan ta’dil (interpolasi data.) Sehingga dengan berpangkal pada waktu ijtima’ rata-rata. Interval ijtima’ rata-rata menurut sistem ini selama 29 hari 12 menit 44 detik. Dan dengan pertimbangan bahwa gerak matahari dan bulan tidak rata, maka diperlukan beberapa koreksi baik terhadap gerakan matahari maupun bulan ; (تعديل المركز), (تعديل الخصَة). Yang kemudian ta’dil khoshshoh dikurangi ta’dil markaz. Koreksi markas kemudian dikoreksi lagi dengan menambahnya ta’dil markaz dikalikan 5 menit. Kemudian dicari wasat (longitude) matahari dengan cara menjumlah markas matahari dengan gerak auj (titik equinox) dan dengan koreksi markas yang telah dikoreksi tersebut (مقوّم). Lalu dengan argument dicari koreksi jarak bulan untuk menempuh busur satu derajat )Daqoiq Ta’dil Ayyam). Seterusnya dicari waktu yang dibutuhkan bulan untuk menempuh busur satu derajat (hishshotus sa’ah). Terakhir dicari waktu ijtima’ sebenarnya yaitu dengan mengurangi waktu ijtima’ rata-rata teersebut dengan jarak matahari bulan dibagi (hisasatus sa’ah). Perhitungan ijtima; ini memang sudah benar, tetapi koreksinya masih sederhana dikarenakan masih menggunakan data-data yang lama.
2. Fath al-Rauf al-Manan
Kitab ini juga menggunakan sistem hisab taqriby sama seperti Sullamun Nayyirain yang merupakan akumulasi dari kitab tersebut. Oleh karena sistem perhitungan yang dgunakan kitab ini sam yaitu hisab taqribi, maka kemungkinan besar cara perhitungan awal bulannya sama. Yaitu dengan melakukan beberapa koreksi terhadap data. Bedanya kitab ini sudah menggunakan angka biasa.
3. Syamsul Hilal
Kitab ini juga menggunakan sistem hisab taqriby sama seperti sullamun nayyirain dan fath al-rauf al mannan. Oleh karena sistem perhitungan yang digunakan kitab ini sama yaitu hisab taqribi, maka kemungkinan besar cara perhitungan awal bulannya hampir sama. Sisi perbedaanya hanya terletak pada peletakan penjumlahan, pengurangan, dan perkalian. Yaitu dengan melakukan beberapa koreksi terhadap data. Bedanya kitab ini sudah menggunakan angka biasa, sehingga lebih mudah.
- Model Perhitungan Hisab Taqribi
Mengenai perhitungan hisab taqribi secara umum adalah sebagai berikut:
1. Menentukan terjadinya ghurub matahari untuk sesuatu tempat.
2. Atas dasar inilah mereka menghitung longitude matahari dan bulan serta data-data yang lain dengan coordinate ekliptika.
3. Atas dasar longitude inilah mereka menghitung terjadinya ijtima’.
4. Kemudian kedudukan matahari dan bulan yang ditentukan dengan system coordinate ekliptika diproyeksikanlah ke equtor dengan coordinate equator.dengan demikianlah diketahuilah jarak sudut lintasan matahari dan bulan pada saat terbenamnya matahari.
5. Kemudian kedudukan matahari dengan sistem koordinat equator itu diproyeksikan lagi ke vertikal sehingga menjadi koordinat horizon, dengan demikianlah dapat ditentukan berapa tingginya bulan pada saat matahari terbenam tersebut dan berapakah azimutnya.
Dalam hisab ini umur bulan tidak tentu, dalam artian selalu bergantian antara 30 hari dan 29 hari akan tetapi yang menjadi acuan adalah ijtima’. Apakah ijtima’ terjadi sebelum matahari terbenam atau setelah matahari terbenam. Bilamana ijtima’ terjadi sebelum matahari terbenam dalam sistem hisab ini dipastikan ketika matahari terbenam hilal sudah diatas ufuk, dan sebaliknya bila ijtima’ terjadi setelah matahari terbenam dipastikan hilal masih dibawah ufuk.[14]
Dan rumus yang dipergunakan untuk menghitung tinggi hilal dalam system hisab ini sangat sederhana, yaitu jarak antara ijtima’ dengan ghurub dibagi dua adalah merupakan tinggi hilal saat ghurub. (Tinggi Hilal = jam ghurub-jam ijtima’ x 0,50)[15].
Ini contoh perhitungan hisab taqribi dalam kitab Syamsul hilal:
ﻫ | 1433 | ذوالحجة | |||||
السنة | العلامة | الحصة | الوسط | الخاصة | المركز | ||
| Hr | Jam | Dr | Dr | Dr | Dr | |
1432 | 7 | 16.583 | 351.594 | 246.310 | 221.413 | 143.851 | |
ذوالقعدة | 2 | 20.074 | 337.376 | 320.173 | 283.982 | 320.161 | |
3 | 12.657 | 328.970 | 206.483 | 145.395 | 104.012 | ||
| 9.887 | 4.312 | |||||
3 | 2.770 | 202.171 | |||||
تعديل الخاصة | 1.933 | اليوم | 24.000 | ||||
تعديل المركز | 3.833 | ساعات العلامة | 2.770 | ||||
البعد المطلق | 5.766 | الساعات الى الغروب | 21.230 | ||||
قاعدة | 0.083 | قاعدة | 0.500 | ||||
حاصل الضرب | 0.479 | الارتفاع | 10.615 | ||||
تعديل المركز | 3.833 | قاعدة | 0.067 | ||||
تعديل الشمس | 4.312 | المكث | 0.711 | ||||
تعديل الايام | 0.267 | عرض القمر | 0.043 | ||||
البعد المطلق | 5.766 | نور الهلال | 0.754 | ||||
البعد المعدل | 5.499 | ||||||
حصةالساعة | 1.798 | | |||||
تعديل العلامة | 9.887 | | |||||
Keterangan Untuk Kota dengan Bujur 110° 24' | |||||||
Awal | ذوالحجة | 1433 | ﻫ | | |||
Hari : | Rabu Wage | | |||||
Ijtima' pada hari : Selasa Pon , 16 Oktober 2012 M | |||||||
Jam : | 20:10 | WIB | 20:46 | WIS | | ||
Tinggi hilal dengan derajat | : | 10° 36' 54" | | ||||
Tinggi hilal dengan meter | : | 7.64 | meter | | |||
Lama diatas ufuq | : | 42:40 | menit | | |||
Keadaan hilal miring ke | : | Selatan | | ||||
Besar cahaya hilal | : | 0.75 | Jari | | |||
| | | | | 18.86 | Mm | |
ﻫ | 1434 | محرم | |||||
السنة | العلامة | الحصة | الوسط | الخاصة | المركز | ||
| Hr | Jam | Dr | Dr | Dr | Dr | |
1432 | 7 | 16.583 | 351.594 | 246.310 | 221.413 | 143.851 | |
ذوالحجة | 4 | 8.808 | 8.047 | 349.280 | 309.798 | 349.267 | |
5 | 1.391 | 359.641 | 235.590 | 171.211 | 133.118 | ||
| 12.631 | 4.024 | |||||
4 | 12.760 | 231.566 | |||||
تعديل الخاصة | 4.117 | اليوم | 24.000 | ||||
تعديل المركز | ساعات العلامة | 12.760 | |||||
البعد المطلق | 7.517 | الساعات الى الغروب | 11.240 | ||||
قاعدة | 0.083 | قاعدة | 0.500 | ||||
حاصل الضرب | 0.624 | الارتفاع | 5.620 | ||||
تعديل المركز | 3.400 | قاعدة | 0.067 | ||||
تعديل الشمس | 4.024 | المكث | 0.377 | ||||
تعديل الايام | 0.283 | عرض القمر | 0.000 | ||||
البعد المطلق | 7.517 | نور الهلال | 0.377 | ||||
البعد المعدل | 7.234 | ||||||
حصةالساعة | 1.746 | ||||||
تعديل العلامة | 12.631 | | |||||
Keterangan Untuk Kota dengan Bujur 110° 24' | |||||||
Awal | محرم | 1434 | ﻫ | | |||
Hari : | Kamis Pon | | |||||
Ijtima' pada hari : Rabu Pahing , 14 Nopember 2012 M | |||||||
Jam : | 6:08 | WIB | 6:45 | WIS | | ||
Tinggi hilal dengan derajat | : | 5° 37' 11" | | ||||
Tinggi hilal dengan meter | : | 4.05 | meter | | |||
Lama diatas ufuq | : | 22:35 | menit | | |||
Keadaan hilal miring ke | : | Selatan | | ||||
Besar cahaya hilal | : | 0.38 | Jari | | |||
| | | | | 9.41 | Mm | |
ﻫ | 1434 | صفر | |||||
السنة | العلامة | الحصة | الوسط | الخاصة | المركز | ||
| Hr | Jam | Dr | Dr | Dr | Dr | |
1433 | 5 | 1.392 | 359.640 | 235.590 | 171.212 | 133.117 | |
محرم | 1 | 12.734 | 30.671 | 29.107 | 25.816 | 29.106 | |
6 | 14.126 | 30.311 | 264.697 | 197.028 | 162.223 | ||
| 15.665 | 3.326 | |||||
5 | 22.461 | 261.371 | |||||
تعديل الخاصة | 6.583 | اليوم | 24.000 | ||||
تعديل المركز | 2.567 | ساعات العلامة | 22.461 | ||||
البعد المطلق | 9.150 | الساعات الى الغروب | 1.539 | ||||
قاعدة | 0.083 | قاعدة | 0.500 | ||||
حاصل الضرب | 0.759 | الارتفاع | 0.770 | ||||
تعديل المركز | 2.567 | قاعدة | 0.067 | ||||
تعديل الشمس | 3.326 | المكث | 0.052 | ||||
تعديل الايام | 0.183 | عرض القمر | 0.042 | ||||
البعد المطلق | 9.150 | نور الهلال | 0.094 | ||||
البعد المعدل | 8.967 | ||||||
حصةالساعة | 1.747 | | |||||
تعديل العلامة | 15.665 | ||||||
Keterangan Untuk Kota dengan Bujur 110° 24' | |||||||
Awal | صفر | 1434 | ﻫ | | |||
Hari : | Jum'at Pahing | | |||||
Ijtima' pada hari : Kamis Legi , 13 Desember 2012 M | |||||||
Jam : | Jam | WIB, | 16:27 | WIS | | ||
Tinggi hilal dengan derajat | : | 0° 46' 11" | | ||||
Tinggi hilal dengan meter | : | 0.55 | meter | | |||
Lama diatas ufuq | : | 03:06 | menit | | |||
Keadaan hilal miring ke | : | Selatan | | ||||
Besar cahaya hilal | : | 0.09 | Jari | | |||
| | | | | 2.34 | Mm | |
Berdasarkan contoh perhitungan hisab taqribi dalm kitab Syamsul Hilal karangannnya K.H. Nopr Ahmad SS.di atas dapat disimpulkan bahwa pada awal bulan Dzul Hijjah: Rabu Wage, 17 Oktober 2012 M, bulan Muharram: Kamis Pon, 15 Nopember 2012 M, dan awal bulan Shofar: Jum’at Pahing, 14 Desember 2012 M. Sehingga menurut perhitungan taqribi ini lama bulan Dzul Hijjah 29 hari, dan bulan Muharram 29 hari.
Adapun sketsa kalendernya berdasarkan perhitungan di atas berdasarkan hisab taqribi sebagai berikut:
ذو الحجة 1433 | الهجرية | محرم 1434 | ||||||||
Oktober-Nopember 2012 | الملادية | Nopember-Desember 2012 | ||||||||
| 5 21 | 12 28 | 19 4 | 26 11 | الأحد | | 4 18 | 11 25 | 18 2 | 25 9 |
| 6 14 | 13 29 | 20 5 | 27 12 | الإثنين | | 5 19 | 12 26 | 19 3 | 26 10 |
| 7 23 | 14 30 | 21 6 | 28 13 | الثلثاء | | 6 20 | 13 27 | 20 4 | 27 11 |
1 17 | 8 24 | 15 31 | 22 7 | 29 14 | الأربعاء | | 7 21 | 14 28 | 21 5 | 28 12 |
2 18 | 9 25 | 16 1 | 23 8 | | الخميس | 1 15 | 8 22 | 1529 | 22 6 | 29 13 |
3 19 | 10 26 | 17 2 | 24 9 | | الجمعة | 2 16 | 9 23 | 16 30 | 23 7 | |
4 20 | 11 27 | 18 3 | 25 10 | | السبت | 3 17 | 10 24 | 17 1 | 24 8 | |
Masehi
Urfi
Hijriyah Taqribi
Hijriyah hakiki
Jawa Islam
Pronotomongso
Cina
BAB IV
PENUTUP
Demikianlah pembahasan Sistem Penanggalan Hijriyah dengan Hisab Taqribi yang bisa kami jelaskan. Mudah-mudahan bisa menambah wawasan dan bahan permbelajaran untuk kita semua dalam melangkah ke depan. Dan semoga bermanfaat bagi kami khususnya dan bagi pembaca umumnya. Kami juga sangat menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak sekali kekurangan dan kesalahan dari berbagai segi. Oleh karena itu, kami akan selalu membuka kritik dan saran yang bersifat konstruktif untuk kesempurnaan makalah ini. Atas perhatiannya, kami ucapkan terima kasih.
REVISI BERDASARKAN DISKUSI
1. Proses Perhitungan
Contoh perhitungan untuk menentukan awal bulan Dzul Hijjah tahun 1433 H dengan menggunak kitab Syamsul Hilal karangan H. Noor Ahmad SS.
ﻫ | 1433 | ذوالحجة | |||||
السنة | العلامة | الحصة | الوسط | الخاصة | المركز | ||
| Hr | Jam | Dr | Dr | Dr | Dr | |
1432 | 7 | 16.583 | 351.594 | 246.310 | 221.413 | 143.851 | |
ذوالقعدة | 2 | 20.074 | 337.376 | 320.173 | 283.982 | 320.161 | |
3 | 12.657 | 328.970 | 206.483 | 145.395 | 104.012 | ||
| 9.887 | 4.312 | |||||
3 | 2.770 | 202.171 | مقوم الشمس | ||||
تعديل الخاصة | 1.933 | اليوم | 24.000 | ||||
تعديل المركز | 3.833 | ساعات العلامة | 2.770 | ||||
البعد المطلق | 5.766 | الساعات الى الغروب | 21.230 | ||||
قاعدة | 0.083 | قاعدة | 0.500 | ||||
حاصل الضرب | 0.479 | الارتفاع | 10.615 | ||||
تعديل المركز | 3.833 | قاعدة | 0.067 | ||||
تعديل الشمس | 4.312 | المكث | 0.711 | ||||
تعديل الايام | 0.267 | عرض القمر | 0.043 | ||||
البعد المطلق | 5.766 | نور الهلال | 0.754 | ||||
البعد المعدل | 5.499 | ||||||
حصةالساعة | 1.798 | | |||||
تعديل العلامة | 9.887 | | |||||
Keterangan Untuk Kota dengan Bujur 110° 24' | |||||||
Awal | ذوالحجة | 1433 | ﻫ | | |||
Hari : | Rabu Wage | | |||||
Ijtima' pada hari : Selasa Pon , 16 Oktober 2012 M | |||||||
Jam : | 20:10 | WIB | 20:46 | WIS | | ||
Tinggi hilal dengan derajat | : | 10° 36' 54" | | ||||
Tinggi hilal dengan meter | : | 7.64 | Meter | | |||
Lama diatas ufuq | : | 42:40 | Menit | | |||
Keadaan hilal miring ke | : | Selatan | | ||||
Besar cahaya hilal | : | 0.75 | Jari | | |||
| | | | | 18.86 | Mm | |
1. Memasukan data Tahun Tam
Tahun Tam yaitu tahun yang sudah dilewati dengan sempurna atau lebih mudahnya tahun (yang dicari) dikurangi 1 (untuk bulan selain Muharram), jika bulan Muharram maka dikurangi 2. Jadi pada contoh di atas bulan Dzul Hijjah tahun 1433 H maka tahun tamnya adalah 1432 H (1433 H-1= 1432 H), contoh bulan Muharram 1433 H maka tahun tamnya adalaha 1431 H. Data bisa diambil dari kitab pada halaman 55-70.
2. Memasukkan data Bulan Tam
Sama seperti Tahun Tam, Bulan Tam yaitu bulan yang sudah dilewati dengan sempurna atau bulan (yang dicari) dikurangi 1. Contoh bulan Dzul Hijjah, maka bulan tamnya bulan Dzul Qa'dah.
3. Menjumlahkan data Tahun Tam dengan Bulan Tam
Adapun cara menjumlahkan data-data tersebut baik yang berupa derajat, hari maupun jam itu sama kan tetapi berbeda kaidah yang dipakai.
a. Derajat
Yang dipakai dari 00°-360° (satu lingkaran), dari 00°-180°di utara Equator dan dari 180°-360° di selatan Equator. 90° di Kutub Utara dan 270° di Kutub Selatan. 180°/360° di Khatulistiwa. Lihat gambar
U
90°
00° 180°
360° 180°
270°
S
* Penjumlahan Derajat
Apabila penjumlahan lebih dari 360° yang ditulis kelebihannya, contoh penjumlahan derajat.
Dr |
143.851 |
320.161 |
104.012 |
* Pengurangan Derajat
Apabila bilangan yang dikurangi lebih kecil dari bilangan yang mengurangi, maka bilangan yang dikurangi harus ditambah 360°, contoh pengurangan derjat.
Dr |
143.851 |
320.161 |
183. 690 |
b. Hari
Yang dipakai dari 1-7, adapun rumusan nama hari: 1 = Ahad, 2 = Senin, 3 = Selasa, 4 = Rabu, 5 = Kamis, 6 = Jum'at dan 7/0 = Sabtu.
* Penjumlahan hari
Apabila penjumlahan lebih dari 7 yang ditulis kelebihannya, contoh penjumlahan hari.
Hr |
7 |
2 |
2 |
* Pengurangan Hari
Bila bilangan yang dikurangi lebih kecil dari bilangan yang mengurangi, bilangan yang dikurangi harus ditambah 7 hari, contoh pengurangan hari.
Hr |
2 |
7 |
2 |
c. Jam
Yang dipakai dari 00-24 jam (siang hari dan malam hari) permulaan hari terbenam (Ghurubiyah) dari jam 00-12 dinyatakan malam hari, dari 12-24 dinyatakan siang hari. Untuk mencocokkan ke jam istiwa' atau ke WIB lihat halaman 12.
* Penjumlahan Jam
Bila bilangan lebih dari 24 yang ditulis kelebihannya dan 24 jam dijadikan 1 hari dan dimasukkan ke data hari, contoh penjumlahan jam.
Hr | Jam |
7 | 16.583 |
2 | 20.074 |
3 | 12.657 |
* Pengurangan Jam
Bila bilangan yang dikurangi lebih kecil dari bilangan yang mengurangi, bilangan yang dikurangi harus ditambah 24 jam, yang diambilkan satu hari dari sebelumnya (1 hari = 24 jam), contoh penguranga jam.
Hr | Jam |
7 | 20.074 |
2 | 16.583 |
1 | 3.491 |
4. Mencari تعديل الشمس untuk mencari مقوم الشمس
* Untuk mengetahui تعديل الخاصة diambil dari penjumlahan الخاصة , dilihat pada hal. 5.
* Untuk mengetahui تعديل المركز diambil dari penjumlahan المركز , dilihat pada hal. 6.
1.933 | + | تعديل الخاصة |
3.833 | تعديل المركز | |
5.766 | x | البعد المطلق |
0.083 | قاعدة | |
0.479 | + | حاصل الضرب |
3.833 | تعديل المركز | |
4.312 | تعديل الشمس |
* تعديل الشمس untuk mencari مقوم الشمس
| الوسط |
| Dr |
+ | 246.31 |
320.173 | |
- | 206.483 |
4.312 | |
مقوم الشمس | 202.171 |
5. Mencari تعديل الايام dari مقوم الشمس, dilihat pada hal. 7A. kemudian mencari تعديل العلامة .Untuk mengetahui حصة الساعة diambil dari الخاصة , dilihat pada hal. 9.
0.267 | - | تعديل الايام |
5.766 | البعد المطلق | |
5.499 | X | البعد المعدل |
1.798 | حصةالساعة | |
9.887 | تعديل العلامة |
6. Menentukan ساعات العلامة المعدلة وقت الاجتماع .
العلامة | |
Hr | Jam |
7 | 16.583 |
2 | 20.074 |
3 | 12.657 |
| 9.887 |
3 | 2.770 |
ساعات العلامة المعدلة وقت الاجتماع
7. Menentukan الساعات الى الغروب , الارتفاع , المكث dan نور الهلال.
24.000 | - | اليوم |
2.770 | ساعات العلامة | |
21.230 | X | الساعات الى الغروب |
0.500 | قاعدة | |
10.615 | X | الارتفاع |
0.067 | قاعدة | |
0.711 | + | المكث |
0.043 | عرض القمر | |
0.754 | | نور الهلال |
* Untuk mengetahui عرض القمر diambil dari penjumlahan dari الحصة.
8. Menyimpulkan dari hasil perhitungan
v Menetukan hari dan pasaran awal bulan dengan melihat Hari hasil perhitungan pada العلامة, di sana tertulis 3 berarti hari Rabu. Dan pasarannya dilihat pada hal. 101-103 (dat awal bulan Hijriyah dan persamaan Miladiyah), jadi pasarannya wage.
v Karena awal bulannya pada hari Rabu Wage, 1 Dzul hijjah 1433 H persamaannya 17 Oktober 2012 M, jadi Ijtima'nya pada hari Selasa Pon, 16 Oktober 2012 M.
v Jam saat Ijtima' diambil dari Jam pada hasil perhitungan العلامة , tapi masih berbentuk waktu Ghurubiyah. Untuk mengubahnya ke waktu WIB bisa dilihat hal.12. Dan untuk mengetahui WIS (waktu istiwa') caranya waktu WIB – selisih WIB istiwa' (lihat hal.11) = WIS.
v Menentukan tinggi hilal diambil dari الارتفاع dijadikan derajat, untuk menjadikan meter dengan kaidah 1 Meter = 0.72 Meter.
v Menentukan lamanya di atas ufuq diambil dari المكث dijadikan derajat.
v Menentukan posisi hilal dilihat pada مقوم الشمس
v Untuk mengetahui hilal miring / terlentang:
- = مقوم الشمس275° - 360° / 0° - 85°hilal miring ke Utara
- مقوم الشمس = 095° - 265° hilal miring ke Selatan
- مقوم الشمس = 085°- 095° / 265° - 275° hilal terlentang
v Untuk mengetahui kedudukan Matahari dan Bulan
- Dari 00° - 180° di sebelah Utara Equator
- Dari 180° - 360° di sebelah Selatan Equator
Dari contoh di atas مقوم الشمس adalah 202.171, jadi kedudukan Matahari = 202.171 derajat dari (095° - 265° hilal miring ke Selatan) hilal miring ke selatan karena di sebelah selatan Matahari.
v Besar cahaya hilal diambila dari نور الهلال
Keterangan Untuk Kota dengan Bujur 110° 24' |
Awal : ذوالحجة 1433 H |
Hari : Rabu Wage |
Ijtima' pada hari : Selasa Pon , 16 Oktober 2012 M |
Jam : 20:10 WIB, 20:46 WIS |
Tinggi hilal dengan derajat : 10° 36' 54" |
Tinggi hilal dengan meter : 7.64 Meter |
Lama diatas ufuq : 42:40 Menit |
Keadaan hilal miring ke : selatan |
Besar cahaya hilal : 0.75 jari, 18.86 Mm |
2. Mengetahui kedudukan Hilal
Untuk mengetahui keadaan hilal dan posisi/kedudukan hilal ini melihat pada مقوم الشمس. Kemudian berlaku kaidah sebagai berikut:
v Untuk mengetahui hilal miring / terlentang:
- = مقوم الشمس275° - 360° / 0° - 85°hilal miring ke Utara
- مقوم الشمس = 095° - 265° hilal miring ke Selatan
- مقوم الشمس = 085°- 095° / 265° - 275° hilal terlentang
v Untuk mengetahui kedudukan Matahari dan Bulan
- Dari 00° - 180° di sebelah Utara Equator
- Dari 180° - 360° di sebelah Selatan Equator
Dari contoh di atas مقوم الشمس adalah 202.171, jadi kedudukan Matahari = 202.171 derajat dari (095° - 265° hilal miring ke Selatan) hilal miring ke selatan karena di sebelah selatan Matahari.
3. Asal dari angka-angka ketetapan (قاعدة).
Sampai sekarang kami belum menemukan dari mana nilai kaidah tersebut, dan juga di dalam kitab Syamsul Hilal karangan K.H. Noor Ahmad SS. Tidak dijelaskan dari mana nilai tersebut.
4. Maksud dari istilah-istilah dalam perhitungan tersebut.
- العلامة berarti "petunjuk", yakni petunjuk waktu (hari,jam dan menit) terjadinya ijtima' atau konjungsi antara matahari dan bulan ang ditentukan berdasarkan waktu rata-rata. Alamah ini dijadikan acuan untuk mendapatkan waktu ijtima' sebenarnya.
- الحصة adalah tenggang waktu atau jarak yang harus diperhitungkan dari kedudukan benda langit ke kedudukan benda langit yang lainnya, yakni busur pada falak bulan dihitung dari titik simpul sampai ke titik pusat bulan berada atau dari saat tertentu ke saat tertentu lainnnya.
- الوسط adalah busur sepanjang ekliptika yang diukur dari bulan hingga ke titik aries sesudah bergerak.
- الخاصة adalah busur sepanjang ekliptika yang diukur dari titik pusat bulan hingga titik aries sebelum bergerak.
- المركز dalam ilmu falak ada tiga pengertian, 1. Markaz adalah tempat observasi atau suatu lokasi yang dijadikan pedoman dalam perhitungan, 2. Markaz adalaj titik pusat pada rubu' yang padanya terdapt benang, 3. Markaz adalah busur sepanjang ekliptika yang diukur dari titik pusat bulan hingga titik aries sebelum bergerak.
- مقوم الشمس atau disebut juga Thulu'us Syams adalah matahari terbit, yang dalam astronomi dikenal dengan sunrise.
- تعديل الخاصة adalah perata pusat bulan agar didapat kedudukan bulan yang sebenarnya sepanjang lingkaran falaknya.
- تعديل المركزadalah perata pusat matahari agar didapat kedudukan matahari yang sebenarnya sepanjang lingkaran ekliptika.
- البعد المطلق adalah jarak antara bulan dan matahari sepanjang lengkaran ekliptika dari titik aries ke arah timur sampai bujur astronomi yang melewati bulan dan matahari itu, yaitu تعديل الخاصة + تعديل المركز.
- قاعدة adalah kaidah ketetapan.
- تعديل الشمس adalah koreksi terhadap wasath matahari dari gerak bundar menjadi gerak elips.
- تعديل الايام adalah koreksi terhadap jumlah hari agar didapati suatu hari terjadinya ijtima' yang sebenarnya.
- البعد المعدل adalah elongasi yang sebenarnya, yaitu البعد المطلق - تعديل الايام atau sebaliknya, pokoknya bilangan yang besar dikurangi yang kecil.
- حصةالساعة adalah tenggang waktu atau jarak yang harus diperhitungkan dari kedudukan benda langit ke kedudukan benda langit lainnya, yakni busur pada falak bulan dihitung dari titik simpul sampai ke titik pusat bulan berada atau dari saat tertentu ke saat tertentu lainnya.
- تعديل العلامة adalah koreksi waktu yang diberikan kepada waktu terjadinya ijtima' agar didapat waktu ijtima' yang sebenarnya.
- اليوم adalah tenggang waktu sehari semalam yang menurut waktu wasati umurnya 24 jam. Hari menurut kalender masehi dimulai sejak matahari berada di titik kulminasi bawah, sednagkan menurut kalender hijriyah dimulai sejak matahari terbenam. Sementara beberapa table astronomi bahw hari dimulai ketika matahari berkulminasi atas.
- ساعات العلامةadalah waktu saat terjadi ijtima'
- الساعات الى الغروب adalah jarak waktu yang ditempuh sampai ghurub
- الارتفاع artinya ketinggian, yaitu ketinggian benda langit dihitung sepanjang lingkaran vertikal dari ufuk sampai benda langit yang dimaksud.
- المكث adalah jarak atau busur sepanjang lintasan harian bulan diukur dari titik pusat bulan ketika matahari terbenam sampai titik bulan ketika ia terbenam. Al muksu ini dapat digunakan untuk mengetahui lama hilal di atas ufuk setelah matahari terbenam.
- عرض القمر artinya "lintang bulan" atau "lintang astronomi bulan", yaitu busur sepanjang lingkaran kutub ekliptika dihitung dari titik pusat bulan hingga lingkaran ekliptika.
- نور الهلال adalah lebar atau tebal piringan hilal yang bercahaya yang dihitung dari tepi piringan menuju ke pusat piringan itu. Satuan ukur yang digunakan oleh para ahli hisab tempo dulu adalah ushbu' yang diterjemahkan dengan "jari".
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad SS, Noor, Syamsul hilal, (Kudus: Madrasah TBS, 1990).
Azhari, Susiknan, 2008, Ensiklopedi Hisab Rukyat, cet. II(Edisi Revisi), Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Azhari, Susiknan. Ilmu Falak dalam teori dan praktek. (yogjakarta:lazuardi. 2001).
Badan Hisab Rukyah Depag, 1981, Almanak Hisab Rukyat, Jakarta: Proyek Badan Peradilan Agama Islam Depag,1981 Almanak Hisab Rukyah, Jakarta : Proyek Pembinaan Badan Peradilan Agama Islam.
Hambali, Selamet, makalah yang disampaikan pada orientasi hisab rukyat di pondok pesantren Al-Falah Mojo Kediri Jawa Timur, tanggal 4 Dzul Qo’dah 1429 H/ 2 Desember 2008.
Harun, M. Yusuf, 2008, Pengantar Ilmu Falak, Banda Aceh : Yayasan Pena.
Izzuddin, Ahmad, 2006, Ilmu Falak Praktis (Metode Hisab Rukyat Praktis dan Solusi Permasalahannya), Semarang: Komala Grafika.
Izzuddin, Ahmad, Pemikiran Hisab Ruyah Abdul Jalil (Study atas Kitab Fath al-Rauf al-Mannan). (Semarang: DIPA-PNPB, 2005).
Khazin, Muhyiddin, 2004, Ilmu Falak dalam Teori dan Praktek, Yogyakarta: Buana Pustaka.
Khazin, Muhyiddin, 2005, Kamus Ilmu Falak, Yogyakarta: Buana Pustaka.
Saksono, Tono, 2007, Mengkompromikan Rukyat dan Hisab, Jakarta: Amythos Publicito.
[1] Badan hisab dan rukyat depertemen agama. Almanak hisab ruyat, (Jakarta: proyek pembinaan badan peradilan agama islam, 1981), hal. 42.
[2] Pemilahan ini berdasarkan forum seminar sehari ilmu Falak tanggal 27 April 1997 di Tugu, Bogor, Jawa Barat. Baca Ahmad Izzuddin, Ilmu Falak Praktis (Metode Hisab Rukyat Praktis dan Solusi Permasalahannya), (Semarang: Komala Grafika, 2006), hal 135-136).
[4] Tono Saksono, Mengkompromikan Rukyat dan Hisab, (Jakarta: Amythos Publicito), 2007, hal 75.
[5] Muhyiddin Khazin, Ilmu Falak dalam Teori dan Praktek, (Yogyakarta Buana Pustaka, 2004), hal. 110.
[6] Ibid.
[7] Ibid.
[8] Tantawi al-jauharu, al-jawahir fi Tafsir al-qur’an al-karim, (Beirut: Dar al-Fikr, t.t) juz 5, hal. 109.
[12] Susiknan Azhari. Ilmu Falak dalam teori dan praktek. (yogjakarta:lazuardi. 2001), hal. 97.
[13] Ahmad Izzuddin, Pemikiran Hisab Ruyah Abdul Jalil (Study atas Kitab Fath al-Rauf al-Mannan). (Semarang: DIPA-PNPB, 2005).
[14] Selamet Hambali, makalah yang disampaikan pada orientasi hisab rukyat di pondok pesantren Al-Falah Mojo Kediri Jawa Timur, tanggal 4 Dzul Qo’dah 1429 H/ 2 Desember 2008.
nderek ngopy nggeh,,, damel tmbh2 refrensiii.... hehehehhe...
BalasHapushatur nuhuuuunn...