Sabtu, 12 November 2011

Problematika Teori Sosial (Bab I, bag.1)

Problematika teori sosial

A. “Beban Masa Lalu” Dalam Teori Sosial

Sudah menjadi rahasia umum bahwa tokoh-tokoh besar meninggalkan beban bagi generasi sesudah mereka. Akibatnya, generasi penerus seakan menghadapi dilema: menjadi sekedar pelestari karya-karya agung yang diwariskan tokoh-tokoh besar, ataukah berbekal hasrat akan kemandirian, tetapi kalah dalam kecemerlangan mengerucutkan ambisi secara drastis dan dengan keahlian teknisnya bertekad untuk menguasai satu bidang yang sempit.

Dalam sejarah pemikiran spekulatif, bentuk dilema ini memang khas. Di satu sisi, para peniru (epigone) dapat menjadi peneliti dan penafsir teks-teks klasik. Sebagai alternatif agar terhindar dari pembandingan dengan para pendahulu, mereka menekuni spesialisasi dengan resiko terjerumus ke dalam semacam minoritas intelektual permanen.

Tokoh-tokoh yang menciptakan teori sosial dalam paruh terakhir abad ke-19 dan beberapa dasawarsa pertama abad ke-20. Nama-nama seperti Marx, Durkheim, dan weber, paling banyak mendapat sorotan. Pemikiran sosial setelah zaman mereka dibedakan antara ulasan mengenai doktrin-doktrin mereka atau spesialisasi menurut tradisi-tradisi yang mereka bangun. Lambat laun, bidang-bidang yang di spesialisasikan ini kian jauh dari cita-cita para pendirinya semula. Semakin bidang-bidang tersebut diupayakan berdalih sebagai kebebasan ilmiah, semakin sedikit pencerahan yang diberikan.

Kendati demikian, dari banyak sisi, agaknya semakin jelas bahwa kita mulai dapat melihat Marx, Durkheim, dan Weber sebagai tokoh klasik dan memandang karya-karya mereka sebagai teori sosial klasik yang sangat berbeda dengan tradisi panjang filsafat politik yang sudah ada sebelumnya.

B. Teori Sosial dan Filsafat Politik

Teori sosial adalah kajian tentang masyarakat yang ciri-ciri khasnya mulai muncul dalam tulisan-tulisan Montesquieu, tokoh-tokoh sezamannya, tokoh-tokoh sesudahnya, dan mencapai semacam puncak pada karya Marx, Durkheim, dan Weber. Awalnya teori sosial membangun identitas dengan cara membuat kontras dengan pemikiran politik tokoh-tokoh dimanapun tempatnya dalam sejarah. Para teoritisi zaman kuno berpendapat, rezim pemerintahan terbaik adalah rezim yang mampu sebanyak-banyaknya menonjolkan sisi-sisi baik watak dasar manusia dan sedapat mungkin menekan sisi buruknya.

Salah satu konsekuensi dari pendekatan ini adalah munculnya kecenderungan untuk memperlakukan sejarah sebagai semacam latar belakang kehidupan yang mengubah keadaan tanpa mengubah persoalan dasarnya, karena persoalan-persoalan itu berpangkal pada watak dasar manusia yang tidak pernah berubah.

Konsepsi sejarah terkait watak dasar manusia sangat erat hubungannya dengan penekanan pada perbedaan antara pemahaman dan evaluasi. Dimata teoritisi-teoritisi modern, teoritisi-teoritisi zaman kuno telah menciptakan sekumpulan pengetahuan khayali dan mubazir berdasarkan pandangan tentang manusia seperti yang seharusnya, bukan manusia seperti apa adanya.

C. Kesatuan dan Krisis dalam Teori Sosial

Ada dua pandangan yang sering dikemukakan dalam pemikiran kontemporer tentang ilmu-ilmu sosial, dan keduanya saling melengkapi. Pandangan pertama menyatakan, kajian-kajian kita di masa sekarang tentang masyarakat, yang dilakukan dicabang-cabang khusus ilmu sosial, berpijak pada konsep, metode, teori, dan asumsi tersirat yang diwariskan kepada kita oleh teoritisi-teoritisi sosial terkemuka dari akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20. Inilah yang menyebabkan karya-karya mereka tampak klasik bagi kita.

Gagasan bahwa kita senantiasa dibatasi kerangka yang mewadahi pemahaman teori sosial klasik tentang masyarakat, lambat-laun diikuti perspektif kedua terkait kondisi pemikiran sosial saat ini, yaitu pemikiran adanya sesuatu yang penting yang telah keliru pada karya-karya klasik dan generasi sesudahnya.

Ada tiga masalah utama. Pertama, masalah metode: bagaimana seharusnya hubungan antara fakta-fakta sosial dalam pemikiran dan dalam bahasa ? kedua, masalah tatanan sosial (sosial order): apa yang menjadi pemersatu masyarakat? Teori tentang metode adalah pandangan akan cara penataan gagasan-gagasan kita mengenai masyarakat, sedangkan doktrin tatanan sosial menawarkan penjelasan tentang susunan masyarakat itu sendiri. Perhatian utamanya tertuju pada aturan-aturan yang dipakai masyarakat untuk mengatur urusannya satu sama lain. Ketiga, masalah kemodernan: apa bedanya masyarakat modern yang muncul di Eropa dengan semua masyarakat lainnya, dan sebagaimana hubungan antara citra-diri (self-imagine) dan realitas, antara apa yang terlihat dan apa yang sesungguhnya berlangsung? Ketiga pertanyaan tersebut saling berhubungan, walaupun pola hubungannya sangat kabur dan kompleks.

D. Masalah Metode

Pendekatan teoritisi sosial terhadap masalah metode yang senantiasa kita hadapi itu sebagian besar ditentukan oleh sangat terbatasnya ketersediaan pola-pola dasar penjelasan yang ada bagi pemikiran Barat Modern. Bahkan, boleh dibilang semua prosedur yang ada merupakan variasi dari dua jenis prosedur dasar: analisis logika dan penjelasan kausal (sebab-akibat). Masing-masing prosedur memberikan penafsiran mengenai apa yang dimaksud dengan menjelaskan sesuatu, baik dalam arti memberitahukan seperti apakah sesuatu itu-deskripsi-atau dalam arti membuktikan alasan sesuatu itu harus berlangsung mengikuti sesuatu yang lain-penjelasan dalam arti setepat-tepatnya.

Baik logika maupun kausalitas tidak mencapai maknanya yang sekarang ini secara bersama-sama. Sebaliknya, keduanya mengalami sejarah yang panjang dan berliku-liku; keduanya muncul di saat-saat tertentu, dan keduanya mengalami berbagai perubahan.

Hubungan logika berbeda dengan hubungan kausal dalam hal hubungan kausal membutuhkan durasi untuk urutan selanjutnya, sedangkan hubungan logika hanya menampilkan urutan saja. Gabungan antara urutan dan durasi disebut waktu. Penjelasan kausal selalu berupa uraian tentang hubungan diantara peristiwa-peristiwa menurut waktu. Analisis logika menerangkan hubungan antara konsep-konsep diluar waktu.

Hubungan logika selalu bersifat normal, cirinya adalah pembedaan antara isi dan bentuk. Sebaliknya penjelasan kausal selalu dimulai sebagai upaya untuk memperjelas hubungan diantara peristiwa-peristiwa khusus.

Metode logika dan metode kausal berfungsi sebagai titik tolak untuk dua cara penanganan masalah penjelasan dalam kajian sosial. Dalam beberapa hal, teori sosial klasik merupakan upaya untuk mengatasi keterbatasan-keterbatasan dua cara berpikir tersebut. Salah satu kelemahannya yang fatal terletak pada kegagalan teori ini dalam menyelesaikan tugas itu.

Tipe yang berlandaskan pada metode logika disebut Rasionalisme. Contoh yang paling mendekati adalah ilmu ekonomi neoklasik. Ilmu sosial rasionalis ingin menjadi sistem proposisi yang segala interdepensinya diatur oleh gagasan-gagasan sebab, konsistensi, dan kontradiksi yang logis dan tepat.

Tradisi pemikiran yang paling bertolak-belakang dengan rasionalisme dalam urainnya untuk masalah penjelasan, dikenal dengan historisme. Dilema yang dihadapi penganut historisme adalah kebalikan dari dilema yang dihadapi penganut rasionalisme, dan merupakan bentuk khusus paradoks umum kausalitas.

Ada sebuah pandangan yang menyatakan bahwa sikap rasionalis dan historisis sama-sama memiliki satu ciri pengganggu. Dalam bentuk murni, kedua aliran itu sama-sama menjabarkan hubungan keniscayaan sebab atau hubungan sebab-akibat. Kecuali jika berkembang sampai taraf yang membingungkan, keduanya mengundang semacam determinisme sehingga memalsukan atau melenyapkan sifat lentur dalam kehidupan sosial dan sejarah.

Untuk menghindari lubang-lubang dalam pendekatan rasionalis dan historisis, caranya ialah dengan menyusun metode yang menanggalkan, walaupun harus mengabaikan sisi perbedaannya yang penting, sesuatu yang biasanya sama-sama terdapat dalam modus penjelasan logika dan kausal: perhatian pada urutan dan pencarian hubungan keniscayaan. Sebuah definisi ulang tentang apa yang dimaksudkan dengan menerangkan sesuatu atau menjabarkan dan menjelaskan sesuatu, sedang dipertaruhkan.

Berbagai macam pencarian metode telah mendasari banyak konsepsi yang berbeda, tetapi saling melengkapi, yang telah mendominasi doktrin dan praktek metodologis teori sosial. Konsepsi tersebut antara lain “dialektika”,”tipe-ideal”, dan “struktur”. Masing-masing konsepsi memiliki makna sendiri dan terkait dengan tradisi intelektual tersendiri. Namun, semua konsepsi itu sama-sama memiliki sifat-sifat yang paling penting. Metode dialektika yang dikembangkan oleh Marx, tipe-ideal yang digunakan oleh Weber, dan “strukturalisme” kontemporer, semuanya berpotensi menjadi jalan keluar dari dilema rasionalisme dan historisme.

Ada tiga keterbatasan metodologis dalam tradisi teori sosial klasik. Pertama, sejauh ini belum ada definisi yang tepat dan rinci untuk metode nonkausal dan nonlogika. Kedua, sebagian karena alasan inilah maka, hubungan antara jenis uraian yang ketiga dan kausalitas tetap tidak jelas. Ketiga, perlu dibuktikan bahwa pernyataan-pernyataan subjektivitas ataupun objektivitas sama-sama dapat dipertimbangkan untuk memahami tindakan manusia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar